Archive for 2017

Aplikasi Layanan Perpustakaan (ASL) adalah kerangka kerja domain publik dari praktik terbaik yang digunakan untuk standarisasi proses dalam Aplikasi Manajemen, disiplin memproduksi dan memelihara sistem informasi dan aplikasi. Istilah “perpustakaan” digunakan karena ASL disajikan sebagai satu set buku yang menggambarkan praktek-praktek terbaik dari industri TI. Hal ini dijelaskan dalam beberapa buku dan artikel (banyak dari mereka hanya tersedia dalam bahasa Belanda) dan di situs resmi ASL BiSL Foundation.
ASL erat terkait dengan kerangka kerja ITIL (IT Service Management) dan BiSL (Manajemen Informasi dan Manajemen Fungsional) dan Capability Maturity Model (CMM).
Kerangka ASL dikembangkan karena ITIL, dipeluk oleh departemen infrastruktur TI, terbukti tidak memadai untuk Manajemen Aplikasi: pada waktu itu, ITIL tidak memiliki pedoman khusus untuk aplikasi desain, pengembangan, pemeliharaan dan dukungan. versi ITIL baru, terutama V3, semakin membahas Pengembangan Aplikasi dan Aplikasi Manajemen domain; ASL BiSL Foundation telah menerbitkan sebuah kertas putih membandingkan ITIL v3 dan ASL.
ASL dikembangkan pada akhir tahun sembilan puluhan di Belanda, awalnya sebagai model R2C proprietary, yang berkembang menjadi ASL pada tahun 2000. Pada tahun 2001 itu disumbangkan oleh IT Service Provider PinkRoccade ke ASL Foundation, sekarang ASL BiSL Foundation. Versi ASL2 diterbitkan pada tahun 2009.
Cakupan ASL
ASL2 ini dimaksudkan untuk mendukung Manajemen Aplikasi dengan menyediakan alat-alat. Dua kategori utama bantu didefinisikan:
Deskripsi dari proses untuk Manajemen Aplikasi. Ditambah penggunaan praktek-praktek terbaik terminologi standar, menghindari perangkap berbicara tentang topik yang berbeda saat menggunakan kata-kata yang sama.
Tujuan dari ASL adalah untuk membantu dalam profesionalisasi Manajemen Aplikasi.
Ada 4 proses dalam cluster Dukungan Aplikasi. Proses dalam cluster Organisasi Layanan mendukung penggunaan sehari-hari dari sistem informasi. Proses dalam cluster ini adalah:
1.     Use Support
2.     Configuration Management
3.      IT Operation Management
4.     Continuity Management

Framework ASL
Proses dalam rangka ASL dapat dibagi sesuai dengan pertanyaan-pertanyaan berikut:
1.     Apakah sudut pendekatan ‘layanan’ atau ‘aplikasi’?
2.     Apakah proses operasional, taktis atau strategis terlibat?
aplikasi manajemen digambarkan sebagai manajemen pemeliharaan, peningkatan dan renovasi aplikasi dengan cara suara-ekonomi bisnis. Itu Prinsip kunci di sini adalah untuk mendukung proses bisnis menggunakan sistem informasi untuk siklus hidup dari proses bisnis.
Dua sudut pandang penting dapat dibedakan di sini:
Yang pertama adalah perspektif ‘mendukung proses bisnis menggunakan sistem informasi’. Ini berarti menjaga aplikasi dan berjalan dan memastikan bahwa mereka mendukung organisasi kegiatan sehari-hari. Secara praktis, ini melibatkan menyediakan layanan terus menerus dengan membuat perusahaan kesepakatan tentang tingkat layanan dan memulihkan tingkat layanan yang disepakati secepat mungkin jika penyimpangan ditetapkan; menciptakan tingkat tinggi aksesibilitas bagi pertanyaan dan komentar dari klien tentang layanan; mencegah gangguan dan memfasilitasi layanan baru dengan menanggapi sebagai layanan ICT penyedia dalam waktu yang baik. Fokusnya adalah karena pada layanan, layanan yang disediakan dan yang (bersama-sama dengan manajemen infrastruktur) memfasilitasi penggunaan aplikasi. Dalam hal ini biaya umum jumlah 10 – 20% dari biaya keseluruhan manajemen aplikasi.
Tiga tingkat dibedakan: operasional, taktis dan strategis.
Tingkat operasional mengakui dua kelompok proses:
  •  ‘pemeliharaan’ dari aplikasi: proses yang memastikan ketersediaan optimum aplikasi saat ini sedang digunakan untuk mendukung proses bisnis dengan minimal sumber daya dan gangguan dalam operasi.
  •  ‘tambahan / renovasi’ aplikasi: proses yang beradaptasi aplikasi dengan keinginan baru dan persyaratan dalam menanggapi perubahan organisasi dan lingkungannya. yang diperlukan penyesuaian dilakukan terhadap perangkat lunak, model data dan dokumentasi.

Cluster proses di tingkat strategis adalah:
1.     Organisasi Manajemen Siklus (OCM): proses yang bertujuan untuk mengembangkan visi masa depan organisasi jasa ICT dan menerjemahkan visi yang menjadi kebijakan untuk pembaruan nya.
2.     Aplikasi Cycle Management (ACM): proses yang berfungsi untuk membentuk strategi jangka panjang untuk berbagai aplikasi yang sesuai dalam keseluruhan penyediaan informasi organisasi dalam kaitannya kebijakan jangka panjang organisasi.


Application Service Library

Posted by : Dyhan
Senin, 03 Juli 2017
0 Comments
SOFTWARE MAINTENANCE MATURITY MODEL

SOFTWARE MAINTENANCE MATURITY MODEL

Pengertian secara harfiah:

    Software maintenance, Perawatan perangkat lunak
    Maturity,  berarti matang atau dewasa. Matang merupakan hasil proses. Dewasa merupakan hasil    pertumbuhan
    Model, didefinisikan sebagai suatu penyederhanaan yang representatif terhadap keadaan di dunia nyata

Software ini biasa digunakan untuk kegiatan pemeliharaan perangkat lunak sehari-hari, sebuah persepsi umum pemeliharaan adalah bahwa hal itu hanya memperbaiki cacat. namun, satu studi menunjukkan bahwa lebih dari 80% dari usaha pemeliharaan digunakan untuk tindakan non-korektif. Persepsi ini diabadikan oleh pengguna mengirimkan masalah melaporkan bahwa pada kenyataannya peningkatan fungsionalitas ke sistem. Penelitian-penelitian terbaru menempatkan proporsi bug-fixing mendekati 21%.

Sayangnya, perawatan perangkat lunak belum dipahami sebagai sebuah proses yang harus dilakukan untuk menjaga agar perangkat lunak tetap dapat digunakan dengan optimal, sesuai dengan kebutuhan penggunanya. Umumnya, para pengguna berpendapat bahwa sekali sebuah perangkat lunak selesai dibangun, perangkat lunak tersebut seharusnya dapat langsung digunakan, dan dapat terus digunakan dalam jangka waktu yang relatif lama.

Aspek Kegiatan Maintenance 

Aktivitas  pemeliharaan  yang  pertama  terjadi  karena  asumsi  yang  salah pada  saat  uji  coba  yaitu  kesalahan-kesalahan  tersembunyi  pada  perangkat  lunak yang  cukup  besar.  Menurut  O’Brien  (2005)  bahwa  dibutuhkan  pembagian kegiatan maintenance ke dalam empat aspek. Pemeliharaan perangkat lunak dapat dibedakan menjadi:

Adaptive,  diartikan  sebagai  modifikasi  sistem  untuk  mengatasi  perubahan
lingkungan software. Aktivitas yang kedua ini terjadi karena pertumbuhan atau   perkembangan   perangkat  lunak   atau   perangkat   keras sehingga memerlukan modifikasi dari perangkat lunak yang telah dibuat.

Perfective,  diartikan  sebagai  tindakan  baru  implementasi  atau  perubahan pengguna  peralatan  yang mana  memperhatikan  fungsi  tambahan  untuk software. Aktivitas ini terjadi pada saat perangkat lunak yang telah dibuat dan   dilakukan   uji   cobs   kemudian   dipergunakan   oleh   user.   Setelah dipergunakan  oleh  user  mungkin  timbul  permintaan  tambahan  fungsi sesuai dengan keinginan pemakai.

Corrective, diartikan   sebagai   deteksi   dan   perbaikan   masalah,   yang ditemukan  oleh  pengguna.  Aktivitas  ini  terjadi  pada  saat  produk  dipakai dan  hasil  yang  didapat  oleh  pamakai  baik  berupa  kesalahan  yang  timbul maupun kesalahan dalam bentuk keluaran yang tidak sesuai.

Preventive, diartikan   sebagai   peningkatan   kemampuan software atau reabilitas   untuk   menghindari   masalah   di   masa   yang   akan   datang. Pemeliharaan   yang   terakhir   dilakukan   untuk   menghadapi   kemajuan
perangkat  lunak  atau  perangkat  keras  di  masa  mendatang,  umpamanya
penambahan fungsifungsi atau melengkapi fungsi-fungsi yang telah ada.

Maintenance Planning Activity

Aktivitas penting untuk maintenance perangkat lunak adalah perencanaan. Jika tahap development berlangsung 1-2 tahun, maka fase maintenance berlangsung selama bertahun-tahun. Memperkirakan secara akurat sumber daya yang digunakan adalah elemen kunci dalam rencana maintenance. Sumber daya yang didalamnya termasuk biaya harus dimasukkan dalam rencana anggaran proyek. Rencana maintenance harus dimulai dengan membuat atau menentukan tujuan kualitas perangkat lunak. Konsep dan perencanaan maintenance :
a. Mengandung ruang lingkup (scope) maintenance perangkat lunak.
b. Proses setelah perangkat lunak selesai.
c. Harus diketahui siapa yang akan melakukan maintenance.
d. Perkiraan biaya maintenancesiklus hidup perangkat lunak.

Teknik-teknik Maintenance

Software maintenance yang efektif dilakukan dengan teknik  yang spesifik atau khusus  untuk maintenance.  Beberapa  teknik  praktis  yang  biasa  dipakai maintener
1. Program Comprehension
2. Re-engineering
3. Reverse engineering
4. Impact Analysis

Software Maintenance Maturity Model

Posted by : Dyhan 0 Comments

COBIT

  Dikeluarkan dan disusun oleh IT Governance Institute yang merupakan bagian dari ISACA (Information Systems Audit and Control Association) pada tahun 1996. hingga saat artikel ini di muat setidaknya sudah ada 5 versi COBIT yang sudah diterbitkan, versi pertama diterbitkan pada tahun 1996, versi kedua tahun 1998, versi 3.0 di tahun 2000, Cobit 4.0 pada tahun 2005, CObit 4.1 tahun 2007 dan yang terakhir ini adalah Cobit versi 5 yang di rilis baru-baru saja.

  Control Objectives for Information and related Technology adalah sekumpulan dokumentasi best practices untuk IT governance yang dapat membantu auditor, manajemen and pengguna ( user ) untuk menjembatani gap antara risiko bisnis, kebutuhan kontrol dan permasalahan-permasalahan teknis. COBIT digunakan secara umum oleh mereka yang memiliki tanggung jawab utama dalam alur proses organisasi, mereka yang organisasinya sangat bergantung pada kualitas,kehandalan dan penguasaan teknologi informasi.


  COBIT dikembangkan oleh IT Governance Institute, yang merupakan bagian dari Information Systems Audit and Control Association (ISACA). COBIT memberikan arahan ( guidelines ) yang berorientasi pada bisnis, dan karena itu business process owners dan manajer, termasuk juga auditor dan user, diharapkan dapat memanfaatkan guideline ini dengan sebaik-baiknya

Kerangka kerja COBIT 


Audit Guidelines
Berisi sebanyak 318 tujuan-tujuan pengendalian yang bersifat rinci ( detailed control objectives ) untuk membantu para auditor dalam memberikan management assurance dan/atau saran perbaikan.



Management Guidelines
Berisi arahan, baik secara umum maupun spesifik, mengenai apa saja yang mesti dilakukan, terutama agar dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut:
  • Sejauh mana Anda (TI) harus bergerak, dan apakah biaya TI yang dikeluarkan sesuai dengan manfaat yang dihasilkannya.
  • Apa saja indikator untuk suatu kinerja yang bagus?
  • Apa saja faktor atau kondisi yang harus diciptakan agar dapat mencapai sukses ( critical success factors )?
  • Apa saja risiko-risiko yang timbul, apabila kita tidak mencapai sasaran yang ditentukan?Bagaimana dengan perusahaan lainnya – apa yang mereka lakukan?
  • Bagaimana Anda mengukur keberhasilan dan bagaimana pula membandingkannya
Control Objectives
Terdiri atas 4 tujuan pengendalian tingkat-tinggi ( high-level control objectives ) yang tercermin dalam 4 domain yang tiap-tiap domain mancakup banyak domain, yaitu: 

  • Planning & Organization
  • Acquisition & Implementation
  • Delivery & Support
  • Monitoring

4 Domain Cakupan COBIT


1. Perencanaan dan Organisasi (Plan and organise)
Domain ini mencakup strategi dan taktik yang menyangkut identifikasi tentang bagaimana TI dapat memberikan kontribusi terbaik dalam pencapaian tujuan bisnis organisasi sehingga terbentuk sebuah organisasi yang baik dengan infrastruktur teknologi yang baik pula.
Plan and Organize

NOKODEPROSES SKORTINGKAT MATURITY

1PO1Menetapkan rencana Strategis TI3Define

2PO2Menetapkan arsitektur sistem informasi0Non-Existent

3PO3Menetapkan arah teknologi3Define

4PO4Menetapkan proses TI, organisasi dan hubungannya3Define

5PO5Mengatur investasi TI3Define

6PO6Mengkomunikasikan tujuan dan arahan manajemen4Manage

7PO7Mengelola sumberdaya manusia4Manage

8PO8Mengatur kualitas3Define

9PO9Menilai dan mengatur resiko TI0Non-Existent

10PO10Mengatur Proyek0Non-Existent

Rata-rata Domain PO2.3Repeatable






2. Pengadaan dan implementasi (Acquirw and Implement)
Untuk mewujudkan strategi TI, solusi TI perlu diidentifikasi, dibangun atau diperoleh dan kemudian diimplementasikan dan diintegrasikan dalam proses bisnis.
NOKODEPROSES SKORTINGKAT MATURITY

1AI1Identifikasi solusi-solusi otomatis0Non-Existent

2AI2Mendapatkan dan memelihara perangkat lunak aplikasi3Define

3AI3Mendapatkan dan memelihara infrastruktur teknologi3Define

4AI4Menjalankan operasi dan menggunakannya3Define

5AI5Pengadaan sumber daya TI3Define

6AI6Mengelola perubahan0Non-Existent

7AI7Instalasi dan akreditasi solusi serta perubahan0Non-Existent

Rata-rata Domain AI1.7Repeatable

3. Pengantaran dan dukungan (Deliver and Support)
Domain ini berhubungan dengan penyampaian layanan yang diinginkan, yang terdiri dari operasi pada security dan aspek kesinambungan bisnis sampai dengan pengadaan training.

NOKODEPROSES SKORTINGKAT MATURITY

1DS1Menetapkan dan mengatur tingkat layanan0Non-Existent

2DS2Pengaturan layanan dengan pihak ketiga3Define

3DS3Mengatur kinerja dan kapasitas0Non-Existent

4DS4Memastikan ketersediaan layanan3Define

5DS5Memastikan keamanan sistem3Define

6DS6Identifikasi dan biaya tambahan0Non-Existent

7DS7Mendidik dan melatih user3Define

8DS8Mengelola bantuan layanan dan insiden0Non-Existent

9DS9Mengatur konfigurasi0Non-Existent

10DS10Mengelola masalah0Non-Existent

11DS11Mengelola data3Define

12DS12Mengelola fasilitas3Define

13DS13Mengelola operasi3Define

Rata-rata Domain DS1.6Repeatable

4. Pengawasan dan evaluasi (Monitor and Evaluate)
Semua proses TI perlu dinilai secara teratur dan berkala bagaimana kualitas dan kesesuaiannya dengan kebutuhan kontrol.

Monitor and Evaluate

NOKODEPROSES SKORTINGKAT MATURITY

1ME1Monitor dan Evaluasi Kinerja TI3Define

2ME2Monitor dan Evaluasi Pengendalian Internal3Define

3ME3Mendapatkan jaminan independent0Non-Existent

4ME4Penyediaan untuk tatakelola TI3Define

Rata-rata Domain ME2.3Repeatable


SUMBER :
http://cobitindo.blogspot.co.id/2011/10/sekilas-tentang-control-objective-for.html#more

Control Objective for Information & Related Technology (COBIT)

Posted by : Dyhan
Minggu, 30 April 2017
0 Comments

Pendahuluan



   Seiring berkembangnya zaman, berkembang pula era teknologi informasi komunikasi yang melahirkan berbagai teknologi maupun aplikasi baru yang tentu nya bermanfaat akan tetapi pasti ada saja kendala yang menghadang bagi Organisasi. Hal ini membuat Organisasi - organisasi mencari cara bagaimana kendala IT tersebut dapat diminimalisir atau dicegah demi terciptanya sinkronisasi anatar Manajemen dengan IT .
  Oleh karena itulah muncul IT Infrastructure library (I.T.I.L) adalah sebuah sebuah kerangka/model best practice yang dapat digunakan oleh banyak organisasi TI sebagai acuan (conform), dan tidak berarti harus sama (comply). Dalam konsep conformance, variasi untuk fl  eksibilitas dalam mengadaptasi sebuah proses di sebuah organisasi, diizinkan, sejauh keseluruhan kerangka model yang diadaptasi masih dipergunakan. Namun dalam compliance, keseragaman dan kesesuaian cenderung menjadi kata kunci, bahkan secara periodik akan ada proses audit yang akan memastikan keseragaman dan kesesuaian ini.
  Dalam mengimplementasikan ITIL, organisasi TI sangat di rekomendasikan untuk mengadaptasi ITIL dalam koridor-koridor yang sesuai dengan kebutuhan dan sifat dari organisasinya. Jadi, setiap organisasiTI cenderung akan memiliki keanekaragaman dalam mengimplementasikan/mengadaptasi proses-proses ITIL.
  Banyak organisasi TI saat ini menggunakan ITIL sebagai acuan untuk memperoleh kesesuaian terhadap sebuah standar internasional, yang dalam hal ini adalah ISO/IEC 20000:2005. Standar ini mensyaratkan berbagai hal dalam ITSM yang harus dipenuhi/dilakukan/diatur oleh organisasi TI jika ingin mendapatkan sertifikasi ISO, dan ITIL diakui sebagai salah satu model ITSM yang dapat digunakan untuk membantu pencapaian kesesuaian dengan standar ISO.



Analisa

 

Pengertian  IT Infrastructure Library (ITIL)

IT Infrastructure Library (ITIL) adalah sebuah kerangka best practice untuk memanage layanan-layanan TI yang terintegrasi dan berbasiskan proses. ITIL merupakan sekumpulan buku yang berisi best practice untuk memanage penyampaian layanan TI

Tujuan utama dari penerapan ITIL

-  Sebagai jembatan antara pihak manajemen dan divisi TI agar keduanya bisa    berkomunikasi lebih efektif dan efisien;
-  Dapat memanfaatkan infrastruktur TI yang ada dengan optimal;
-  Agar lebih mudah memanajemen infrastruktur TI dengan baik sehingga jika terjadi                       masalah dapat langsung memulihkan keadaan yang ada.


Cangkupan Kumpulan IT Infrastructure Library  (I.T.I.L)

1. Service Support
2. Service Delivery
3. Planning to Implement Service Management
4. ICT Infrastructure Management
5. Application Management
6. Business Perspective
7. Security Management
8. Software Asset


Siklus Layanan ITIL


Kelima bagian ITIL yang seperti tersebut di atas biasanya disebut juga sebagai bagian dari sebuah siklus. Dikenal pula dengan sebutan Sikuls Layanan ITIL. Secara singkat, masing-masing bagian dijelaskan sebagai berikut.

1.      Service Strategy
    Inti dari ITIL Service Lifecycle adalah Service Strategy.Service Strategy memberikan panduan kepada pengimplementasi ITSM pada bagaimana memandang konsep ITSM bukan hanya sebagai sebuah kemampuan organisasi (dalam memberikan, mengelola serta mengoperasikan layanan TI), tapi juga sebagai sebuah aset strategis perusahaan. Panduan ini disajikan dalam bentuk prinsip-prinsip dasar dari konsep ITSM, acuan-acuan serta proses-proses inti yang beroperasi di keseluruhan tahapan ITIL Service Lifecycle.
    Topik-topik yang dibahas dalam tahapan lifecycle ini mencakup pembentukan pasar untuk menjual layanan, tipe-tipe dan karakteristik penyedia layanan internal maupun eksternal, aset-aset layanan, konsep portofolio layanan serta strategi implementasi keseluruhan ITIL Service Lifecycle. 

Proses-proses yang dicakup dalam Service Strategy, di samping topik-topik di atas adalah:
1.      Service Portfolio Management
2.      Financial Management
3.      Demand Management
    Bagi organisasi TI yang baru akan mengimplementasikan ITIL, Service Strategy    digunakan sebagai panduan untuk menentukan tujuan/sasaran serta ekspektasi nilai kinerja dalam mengelola layanan TI serta untuk mengidentifikasi, memilih serta memprioritaskan berbagai rencana perbaikan operasional maupun organisasional di dalam organisasi TI.

   Bagi organisasi TI yang saat ini telah mengimplementasikan ITIL, Service Strategy digunakan sebagai panduan untuk melakukan review strategis bagi semua proses dan perangkat (roles, responsibilities, teknologi pendukung, dll) ITSM di organisasinya, serta untuk meningkatkan kapabilitas dari semua proses serta perangkat ITSM tersebut.

2. Service Design.
    Agar layanan TI dapat memberikan manfaat kepada pihak bisnis, layanan-layanan TI tersebut harus terlebih dahulu di desain dengan acuan tujuan bisnis dari pelanggan. Service Design memberikan panduan kepada organisasi TI untuk dapat secara sistematis dan best practice mendesain dan membangun layanan TI maupun implementasi ITSM itu sendiri. Service Design berisi prinsip-prinsip dan metode-metode desain untuk mengkonversi tujuan-tujuan strategis organisasi TI dan bisnis menjadi portofolio/koleksi layanan TI serta aset-aset layanan, seperti server, storage dan sebagainya.
    Ruang lingkup Service Design tidak melulu hanya untuk mendesain layanan TI baru, namun juga proses-proses perubahan maupun peningkatan kualitas layanan, kontinyuitas layanan maupun kinerja dari layanan.

Proses-proses yang dicakup dalam Service Design yaitu:
1.      Service Catalog Management
2.      Service Level Management
3.      Supplier Management
4.      Capacity Management
5.      Availability Management
6.      IT Service Continuity Management
7.      Information Security Management

3. Service Transition
    Service Transition menyediakan panduan kepada organisasi TI untuk dapat mengembangkan    serta kemampuan untuk mengubah hasil desain layanan TI baik yang baru maupun layanan TI yang dirubah spesifikasinya ke dalam lingkungan operasional. Tahapan lifecycle ini memberikan gambaran bagaimana sebuah kebutuhan yang didefinisikan dalam Service Strategy kemudian dibentuk dalam Service Design untuk selanjutnya secara efektif direalisasikan dalam Service Operation.

          Proses-proses yang dicakup dalam Service Transition yaitu:
           1. Transition Planning and Support
           2. Change Management
           3. Service Asset & Configuration Management
           4. Release & Deployment Management
           5. Service Validation
           6. Evaluation
           7. Knowledge Management
 
    4. Service Operation
         Service Operation merupakan tahapan lifecycle yang mencakup semua kegiatan operasional harian pengelolaan layanan-layanan TI. Di dalamnya terdapat berbagai panduan pada bagaimana mengelola layanan TI secara efisien dan efektif serta menjamin tingkat kinerja yang telah diperjanjikan dengan pelanggan sebelumnya. Panduan-panduan ini mencakup bagaiman menjaga kestabilan operasional layanan TI serta pengelolaan perubahan desain, skala, ruang lingkup serta target kinerja layanan TI.
     
    Proses-proses yang dicakup dalam Service Opertion yaitu:
        1. Event Management
        2. Incident Management
        3. Problem Management
        4. Request Fulfillment
        5. Access Management
    5. Continual Service Improvement  
      Continual Service Improvement (CSI) memberikan panduan penting dalam menyusun sertamemelihara kualitas layanan dari proses desain, transisi dan pengoperasiannya. CSI mengkombinasikan berbagai prinsip dan metode dari manajemen kualitas, salah satunya adalah Plan-Do-Check-Act (PDCA) atau yang dikenal sebagi Deming Quality Cycle



     

     

    Referensi :
    https://artxmarket.wordpress.com/2010/03/24/information-technology-infrastructure-library-itil/ 

    https://itgid.org/memahami-siklus-information-technology-infrastructure-library-i-t-i-l-bagian-3-end/ 


    Information Technology Infrastructure Library (I.T.I.L)

    Posted by : Dyhan
    Sabtu, 01 April 2017
    0 Comments

    - Copyright © 2015 Dyhaη Haqnas - Shiroi - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -