Aplikasi Layanan Perpustakaan (ASL)
adalah kerangka kerja domain publik dari praktik terbaik yang digunakan untuk
standarisasi proses dalam Aplikasi Manajemen, disiplin memproduksi dan
memelihara sistem informasi dan aplikasi. Istilah “perpustakaan” digunakan
karena ASL disajikan sebagai satu set buku yang menggambarkan praktek-praktek
terbaik dari industri TI. Hal ini dijelaskan dalam beberapa buku dan artikel
(banyak dari mereka hanya tersedia dalam bahasa Belanda) dan di situs resmi ASL
BiSL Foundation.
ASL erat terkait dengan kerangka kerja
ITIL (IT Service Management) dan BiSL (Manajemen Informasi dan Manajemen
Fungsional) dan Capability Maturity Model (CMM).
Kerangka ASL dikembangkan karena ITIL,
dipeluk oleh departemen infrastruktur TI, terbukti tidak memadai untuk
Manajemen Aplikasi: pada waktu itu, ITIL tidak memiliki pedoman khusus untuk
aplikasi desain, pengembangan, pemeliharaan dan dukungan. versi ITIL baru,
terutama V3, semakin membahas Pengembangan Aplikasi dan Aplikasi Manajemen
domain; ASL BiSL Foundation telah menerbitkan sebuah kertas putih membandingkan
ITIL v3 dan ASL.
ASL dikembangkan pada akhir tahun sembilan puluhan di Belanda, awalnya sebagai model R2C proprietary, yang berkembang menjadi ASL pada tahun 2000. Pada tahun 2001 itu disumbangkan oleh IT Service Provider PinkRoccade ke ASL Foundation, sekarang ASL BiSL Foundation. Versi ASL2 diterbitkan pada tahun 2009.
ASL dikembangkan pada akhir tahun sembilan puluhan di Belanda, awalnya sebagai model R2C proprietary, yang berkembang menjadi ASL pada tahun 2000. Pada tahun 2001 itu disumbangkan oleh IT Service Provider PinkRoccade ke ASL Foundation, sekarang ASL BiSL Foundation. Versi ASL2 diterbitkan pada tahun 2009.
Cakupan ASL
ASL2 ini dimaksudkan untuk mendukung
Manajemen Aplikasi dengan menyediakan alat-alat. Dua kategori utama bantu
didefinisikan:
Deskripsi dari proses untuk Manajemen Aplikasi. Ditambah penggunaan praktek-praktek terbaik terminologi standar, menghindari perangkap berbicara tentang topik yang berbeda saat menggunakan kata-kata yang sama.
Tujuan dari ASL adalah untuk membantu dalam profesionalisasi Manajemen Aplikasi.
Deskripsi dari proses untuk Manajemen Aplikasi. Ditambah penggunaan praktek-praktek terbaik terminologi standar, menghindari perangkap berbicara tentang topik yang berbeda saat menggunakan kata-kata yang sama.
Tujuan dari ASL adalah untuk membantu dalam profesionalisasi Manajemen Aplikasi.
Ada 4 proses dalam cluster Dukungan
Aplikasi. Proses dalam cluster Organisasi Layanan mendukung penggunaan
sehari-hari dari sistem informasi. Proses dalam cluster ini adalah:
1. Use Support
2. Configuration Management
3. IT Operation Management
4. Continuity Management
Framework ASL
Proses dalam rangka ASL dapat dibagi
sesuai dengan pertanyaan-pertanyaan berikut:
1. Apakah sudut pendekatan ‘layanan’ atau ‘aplikasi’?
2. Apakah proses operasional, taktis atau strategis
terlibat?
aplikasi manajemen digambarkan sebagai
manajemen pemeliharaan, peningkatan dan renovasi aplikasi dengan cara
suara-ekonomi bisnis. Itu Prinsip kunci di sini adalah untuk mendukung proses
bisnis menggunakan sistem informasi untuk siklus hidup dari proses bisnis.
Dua sudut pandang penting dapat
dibedakan di sini:
Yang pertama adalah perspektif
‘mendukung proses bisnis menggunakan sistem informasi’. Ini berarti menjaga
aplikasi dan berjalan dan memastikan bahwa mereka mendukung organisasi kegiatan
sehari-hari. Secara praktis, ini melibatkan menyediakan layanan terus menerus
dengan membuat perusahaan kesepakatan tentang tingkat layanan dan memulihkan
tingkat layanan yang disepakati secepat mungkin jika penyimpangan ditetapkan;
menciptakan tingkat tinggi aksesibilitas bagi pertanyaan dan komentar dari
klien tentang layanan; mencegah gangguan dan memfasilitasi layanan baru dengan
menanggapi sebagai layanan ICT penyedia dalam waktu yang baik. Fokusnya adalah
karena pada layanan, layanan yang disediakan dan yang (bersama-sama dengan
manajemen infrastruktur) memfasilitasi penggunaan aplikasi. Dalam hal ini biaya
umum jumlah 10 – 20% dari biaya keseluruhan manajemen aplikasi.
Tiga tingkat dibedakan: operasional,
taktis dan strategis.
Tingkat operasional mengakui dua kelompok
proses:
- ‘pemeliharaan’
dari aplikasi: proses yang memastikan ketersediaan optimum aplikasi saat
ini sedang digunakan untuk mendukung proses bisnis dengan minimal sumber
daya dan gangguan dalam operasi.
- ‘tambahan
/ renovasi’ aplikasi: proses yang beradaptasi aplikasi dengan keinginan
baru dan persyaratan dalam menanggapi perubahan organisasi dan
lingkungannya. yang diperlukan penyesuaian dilakukan terhadap perangkat
lunak, model data dan dokumentasi.
Cluster proses di tingkat strategis
adalah:
1. Organisasi Manajemen Siklus (OCM): proses yang
bertujuan untuk mengembangkan visi masa depan organisasi jasa ICT dan
menerjemahkan visi yang menjadi kebijakan untuk pembaruan nya.
2. Aplikasi Cycle Management (ACM): proses yang berfungsi
untuk membentuk strategi jangka panjang untuk berbagai aplikasi yang sesuai
dalam keseluruhan penyediaan informasi organisasi dalam kaitannya kebijakan
jangka panjang organisasi.
Application Service Library
SOFTWARE
MAINTENANCE MATURITY MODEL
SOFTWARE MAINTENANCE MATURITY MODEL
Pengertian
secara harfiah:
Software
maintenance, Perawatan perangkat lunak
Maturity,
berarti matang atau dewasa. Matang merupakan hasil proses. Dewasa merupakan
hasil pertumbuhan
Model,
didefinisikan sebagai suatu penyederhanaan yang representatif terhadap keadaan
di dunia nyata
Software ini
biasa digunakan untuk kegiatan pemeliharaan perangkat lunak sehari-hari, sebuah
persepsi umum pemeliharaan adalah bahwa hal itu hanya memperbaiki cacat. namun,
satu studi menunjukkan bahwa lebih dari 80% dari usaha pemeliharaan digunakan
untuk tindakan non-korektif. Persepsi ini diabadikan oleh pengguna mengirimkan
masalah melaporkan bahwa pada kenyataannya peningkatan fungsionalitas ke
sistem. Penelitian-penelitian terbaru menempatkan proporsi bug-fixing mendekati
21%.
Sayangnya,
perawatan perangkat lunak belum dipahami sebagai sebuah proses yang harus
dilakukan untuk menjaga agar perangkat lunak tetap dapat digunakan dengan
optimal, sesuai dengan kebutuhan penggunanya. Umumnya, para pengguna
berpendapat bahwa sekali sebuah perangkat lunak selesai dibangun, perangkat
lunak tersebut seharusnya dapat langsung digunakan, dan dapat terus digunakan
dalam jangka waktu yang relatif lama.
Aspek Kegiatan
Maintenance
Aktivitas pemeliharaan yang pertama terjadi karena asumsi yang salah pada saat uji coba yaitu kesalahan-kesalahan tersembunyi pada perangkat lunak yang cukup besar. Menurut O’Brien (2005) bahwa dibutuhkan pembagian kegiatan maintenance ke dalam empat aspek. Pemeliharaan perangkat lunak dapat dibedakan menjadi:
Adaptive, diartikan sebagai modifikasi sistem untuk mengatasi perubahan
lingkungan software. Aktivitas yang kedua ini terjadi karena pertumbuhan atau perkembangan perangkat lunak atau perangkat keras sehingga memerlukan modifikasi dari perangkat lunak yang telah dibuat.
Perfective, diartikan sebagai tindakan baru implementasi atau perubahan pengguna peralatan yang mana memperhatikan fungsi tambahan untuk software. Aktivitas ini terjadi pada saat perangkat lunak yang telah dibuat dan dilakukan uji cobs kemudian dipergunakan oleh user. Setelah dipergunakan oleh user mungkin timbul permintaan tambahan fungsi sesuai dengan keinginan pemakai.
Corrective, diartikan sebagai deteksi dan perbaikan masalah, yang ditemukan oleh pengguna. Aktivitas ini terjadi pada saat produk dipakai dan hasil yang didapat oleh pamakai baik berupa kesalahan yang timbul maupun kesalahan dalam bentuk keluaran yang tidak sesuai.
Preventive, diartikan sebagai peningkatan kemampuan software atau reabilitas untuk menghindari masalah di masa yang akan datang. Pemeliharaan yang terakhir dilakukan untuk menghadapi kemajuan
perangkat lunak atau perangkat keras di masa mendatang, umpamanya
penambahan fungsifungsi atau melengkapi fungsi-fungsi yang telah ada.
Maintenance Planning Activity
Aktivitas penting untuk maintenance perangkat lunak adalah perencanaan.
Jika tahap development berlangsung 1-2 tahun, maka fase maintenance berlangsung
selama bertahun-tahun. Memperkirakan secara akurat sumber daya yang digunakan
adalah elemen kunci dalam rencana maintenance. Sumber daya yang didalamnya
termasuk biaya harus dimasukkan dalam rencana anggaran proyek. Rencana
maintenance harus dimulai dengan membuat atau menentukan tujuan kualitas
perangkat lunak. Konsep dan perencanaan maintenance :
a. Mengandung ruang lingkup (scope) maintenance perangkat lunak.
b. Proses setelah perangkat lunak selesai.
c. Harus diketahui siapa yang akan melakukan maintenance.
d. Perkiraan biaya maintenancesiklus hidup perangkat lunak.
Teknik-teknik
Maintenance
Software
maintenance yang efektif dilakukan dengan teknik yang spesifik
atau khusus untuk maintenance. Beberapa teknik praktis yang biasa dipakai
maintener
1. Program
Comprehension
2.
Re-engineering
3. Reverse
engineering
4. Impact
Analysis
Software Maintenance Maturity Model
COBIT
Dikeluarkan dan disusun oleh IT Governance Institute yang merupakan bagian dari ISACA (Information Systems Audit and Control Association) pada tahun 1996. hingga saat artikel ini di muat setidaknya sudah ada 5 versi COBIT yang sudah diterbitkan, versi pertama diterbitkan pada tahun 1996, versi kedua tahun 1998, versi 3.0 di tahun 2000, Cobit 4.0 pada tahun 2005, CObit 4.1 tahun 2007 dan yang terakhir ini adalah Cobit versi 5 yang di rilis baru-baru saja.
Control Objectives for Information and related Technology adalah sekumpulan dokumentasi best practices untuk IT governance yang dapat membantu auditor, manajemen and pengguna ( user ) untuk menjembatani gap antara risiko bisnis, kebutuhan kontrol dan permasalahan-permasalahan teknis. COBIT digunakan secara umum oleh mereka yang memiliki tanggung jawab utama dalam alur proses organisasi, mereka yang organisasinya sangat bergantung pada kualitas,kehandalan dan penguasaan teknologi informasi.
Control Objectives for Information and related Technology adalah sekumpulan dokumentasi best practices untuk IT governance yang dapat membantu auditor, manajemen and pengguna ( user ) untuk menjembatani gap antara risiko bisnis, kebutuhan kontrol dan permasalahan-permasalahan teknis. COBIT digunakan secara umum oleh mereka yang memiliki tanggung jawab utama dalam alur proses organisasi, mereka yang organisasinya sangat bergantung pada kualitas,kehandalan dan penguasaan teknologi informasi.
COBIT dikembangkan oleh IT Governance Institute, yang merupakan bagian dari Information Systems Audit and Control Association (ISACA). COBIT memberikan arahan ( guidelines ) yang berorientasi pada bisnis, dan karena itu business process owners dan manajer, termasuk juga auditor dan user, diharapkan dapat memanfaatkan guideline ini dengan sebaik-baiknya
Kerangka kerja COBIT
Audit Guidelines
Berisi sebanyak 318 tujuan-tujuan pengendalian yang bersifat rinci ( detailed control objectives ) untuk membantu para auditor dalam memberikan management assurance dan/atau saran perbaikan.
Management Guidelines
Berisi arahan, baik secara umum maupun spesifik, mengenai apa saja yang mesti dilakukan, terutama agar dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut:
- Sejauh mana Anda (TI) harus bergerak, dan apakah biaya TI yang dikeluarkan sesuai dengan manfaat yang dihasilkannya.
- Apa saja indikator untuk suatu kinerja yang bagus?
- Apa saja faktor atau kondisi yang harus diciptakan agar dapat mencapai sukses ( critical success factors )?
- Apa saja risiko-risiko yang timbul, apabila kita tidak mencapai sasaran yang ditentukan?Bagaimana dengan perusahaan lainnya – apa yang mereka lakukan?
- Bagaimana Anda mengukur keberhasilan dan bagaimana pula membandingkannya
Terdiri atas 4 tujuan pengendalian tingkat-tinggi ( high-level control objectives ) yang tercermin dalam 4 domain yang tiap-tiap domain mancakup banyak domain, yaitu:
- Planning & Organization
- Acquisition & Implementation
- Delivery & Support
- Monitoring
4 Domain Cakupan COBIT
1. Perencanaan dan Organisasi (Plan and organise)
• Domain ini mencakup strategi dan taktik yang menyangkut identifikasi tentang bagaimana TI dapat memberikan kontribusi terbaik dalam pencapaian tujuan bisnis organisasi sehingga terbentuk sebuah organisasi yang baik dengan infrastruktur teknologi yang baik pula.
Plan and Organize | ||||||
NO | KODE | PROSES | SKOR | TINGKAT MATURITY | ||
1 | PO1 | Menetapkan rencana Strategis TI | 3 | Define | ||
2 | PO2 | Menetapkan arsitektur sistem informasi | 0 | Non-Existent | ||
3 | PO3 | Menetapkan arah teknologi | 3 | Define | ||
4 | PO4 | Menetapkan proses TI, organisasi dan hubungannya | 3 | Define | ||
5 | PO5 | Mengatur investasi TI | 3 | Define | ||
6 | PO6 | Mengkomunikasikan tujuan dan arahan manajemen | 4 | Manage | ||
7 | PO7 | Mengelola sumberdaya manusia | 4 | Manage | ||
8 | PO8 | Mengatur kualitas | 3 | Define | ||
9 | PO9 | Menilai dan mengatur resiko TI | 0 | Non-Existent | ||
10 | PO10 | Mengatur Proyek | 0 | Non-Existent | ||
Rata-rata Domain PO | 2.3 | Repeatable | ||||
2. Pengadaan dan implementasi (Acquirw and Implement)
Untuk mewujudkan strategi TI, solusi TI perlu diidentifikasi, dibangun atau diperoleh dan kemudian diimplementasikan dan diintegrasikan dalam proses bisnis.
NO | KODE | PROSES | SKOR | TINGKAT MATURITY | ||
1 | AI1 | Identifikasi solusi-solusi otomatis | 0 | Non-Existent | ||
2 | AI2 | Mendapatkan dan memelihara perangkat lunak aplikasi | 3 | Define | ||
3 | AI3 | Mendapatkan dan memelihara infrastruktur teknologi | 3 | Define | ||
4 | AI4 | Menjalankan operasi dan menggunakannya | 3 | Define | ||
5 | AI5 | Pengadaan sumber daya TI | 3 | Define | ||
6 | AI6 | Mengelola perubahan | 0 | Non-Existent | ||
7 | AI7 | Instalasi dan akreditasi solusi serta perubahan | 0 | Non-Existent | ||
Rata-rata Domain AI | 1.7 | Repeatable |
3. Pengantaran dan dukungan (Deliver and Support)
• Domain ini berhubungan dengan penyampaian layanan yang diinginkan, yang terdiri dari operasi pada security dan aspek kesinambungan bisnis sampai dengan pengadaan training.
NO | KODE | PROSES | SKOR | TINGKAT MATURITY | ||
1 | DS1 | Menetapkan dan mengatur tingkat layanan | 0 | Non-Existent | ||
2 | DS2 | Pengaturan layanan dengan pihak ketiga | 3 | Define | ||
3 | DS3 | Mengatur kinerja dan kapasitas | 0 | Non-Existent | ||
4 | DS4 | Memastikan ketersediaan layanan | 3 | Define | ||
5 | DS5 | Memastikan keamanan sistem | 3 | Define | ||
6 | DS6 | Identifikasi dan biaya tambahan | 0 | Non-Existent | ||
7 | DS7 | Mendidik dan melatih user | 3 | Define | ||
8 | DS8 | Mengelola bantuan layanan dan insiden | 0 | Non-Existent | ||
9 | DS9 | Mengatur konfigurasi | 0 | Non-Existent | ||
10 | DS10 | Mengelola masalah | 0 | Non-Existent | ||
11 | DS11 | Mengelola data | 3 | Define | ||
12 | DS12 | Mengelola fasilitas | 3 | Define | ||
13 | DS13 | Mengelola operasi | 3 | Define | ||
Rata-rata Domain DS | 1.6 | Repeatable |
4. Pengawasan dan evaluasi (Monitor and Evaluate)
• Semua proses TI perlu dinilai secara teratur dan berkala bagaimana kualitas dan kesesuaiannya dengan kebutuhan kontrol.
Monitor and Evaluate | ||||||
NO | KODE | PROSES | SKOR | TINGKAT MATURITY | ||
1 | ME1 | Monitor dan Evaluasi Kinerja TI | 3 | Define | ||
2 | ME2 | Monitor dan Evaluasi Pengendalian Internal | 3 | Define | ||
3 | ME3 | Mendapatkan jaminan independent | 0 | Non-Existent | ||
4 | ME4 | Penyediaan untuk tatakelola TI | 3 | Define | ||
Rata-rata Domain ME | 2.3 | Repeatable |
SUMBER :
http://cobitindo.blogspot.co.id/2011/10/sekilas-tentang-control-objective-for.html#more
Control Objective for Information & Related Technology (COBIT)
Pendahuluan
Seiring
berkembangnya zaman, berkembang pula era teknologi informasi komunikasi yang
melahirkan berbagai teknologi maupun aplikasi baru yang tentu nya bermanfaat
akan tetapi pasti ada saja kendala yang menghadang bagi Organisasi. Hal ini membuat
Organisasi - organisasi mencari cara bagaimana kendala IT tersebut dapat
diminimalisir atau dicegah demi terciptanya sinkronisasi anatar Manajemen
dengan IT .
Oleh karena itulah muncul IT
Infrastructure library (I.T.I.L) adalah sebuah sebuah kerangka/model best
practice yang dapat digunakan oleh banyak organisasi TI sebagai acuan
(conform), dan tidak berarti harus sama (comply). Dalam konsep conformance,
variasi untuk fl eksibilitas dalam
mengadaptasi sebuah proses di sebuah organisasi, diizinkan, sejauh keseluruhan
kerangka model yang diadaptasi masih dipergunakan. Namun dalam compliance,
keseragaman dan kesesuaian cenderung menjadi kata kunci, bahkan secara periodik
akan ada proses audit yang akan memastikan keseragaman dan kesesuaian ini.
Dalam mengimplementasikan ITIL,
organisasi TI sangat di rekomendasikan untuk mengadaptasi ITIL dalam
koridor-koridor yang sesuai dengan kebutuhan dan sifat dari organisasinya.
Jadi, setiap organisasiTI cenderung akan memiliki keanekaragaman dalam
mengimplementasikan/mengadaptasi proses-proses ITIL.
Banyak organisasi TI saat ini menggunakan
ITIL sebagai acuan untuk memperoleh kesesuaian terhadap sebuah standar
internasional, yang dalam hal ini adalah ISO/IEC 20000:2005. Standar ini
mensyaratkan berbagai hal dalam ITSM yang harus dipenuhi/dilakukan/diatur oleh
organisasi TI jika ingin mendapatkan sertifikasi ISO, dan ITIL diakui sebagai
salah satu model ITSM yang dapat digunakan untuk membantu pencapaian kesesuaian
dengan standar ISO.
Analisa
Pengertian IT Infrastructure Library (ITIL)
IT Infrastructure Library (ITIL) adalah sebuah kerangka best
practice untuk memanage layanan-layanan TI yang terintegrasi dan berbasiskan
proses. ITIL merupakan sekumpulan buku yang berisi best practice untuk memanage
penyampaian layanan TI
Tujuan utama dari penerapan ITIL
- Sebagai jembatan antara pihak manajemen dan
divisi TI agar keduanya bisa
berkomunikasi lebih efektif dan efisien;
- Dapat memanfaatkan infrastruktur TI yang ada dengan optimal;
- Agar lebih mudah memanajemen infrastruktur TI dengan baik sehingga jika terjadi masalah dapat langsung memulihkan keadaan yang ada.
- Dapat memanfaatkan infrastruktur TI yang ada dengan optimal;
- Agar lebih mudah memanajemen infrastruktur TI dengan baik sehingga jika terjadi masalah dapat langsung memulihkan keadaan yang ada.
Cangkupan Kumpulan IT Infrastructure Library (I.T.I.L)
1. Service Support2. Service Delivery
3. Planning to Implement Service Management
4. ICT Infrastructure Management
5. Application Management
6. Business Perspective
7. Security Management
8. Software Asset
Siklus Layanan ITIL
Kelima
bagian ITIL yang seperti tersebut di atas biasanya disebut juga sebagai bagian
dari sebuah siklus. Dikenal
pula dengan sebutan Sikuls Layanan ITIL. Secara singkat, masing-masing bagian
dijelaskan sebagai berikut.
1. Service Strategy
Inti
dari ITIL Service Lifecycle adalah Service Strategy.Service Strategy memberikan
panduan kepada pengimplementasi ITSM pada bagaimana memandang konsep ITSM bukan
hanya sebagai sebuah kemampuan organisasi (dalam memberikan, mengelola serta
mengoperasikan layanan TI), tapi juga sebagai sebuah aset strategis perusahaan.
Panduan ini disajikan dalam bentuk prinsip-prinsip dasar dari konsep
ITSM, acuan-acuan serta proses-proses inti yang beroperasi di keseluruhan
tahapan ITIL Service Lifecycle.
Topik-topik yang dibahas dalam tahapan
lifecycle ini mencakup pembentukan pasar untuk menjual layanan, tipe-tipe dan
karakteristik penyedia layanan internal maupun eksternal, aset-aset layanan,
konsep portofolio layanan serta strategi implementasi keseluruhan ITIL Service
Lifecycle.
Proses-proses yang dicakup
dalam Service Strategy, di samping topik-topik di atas adalah:
1. Service
Portfolio Management
2. Financial
Management
3. Demand
Management
Bagi organisasi TI yang baru akan
mengimplementasikan ITIL, Service Strategy digunakan sebagai panduan untuk menentukan
tujuan/sasaran serta ekspektasi nilai kinerja dalam mengelola layanan TI serta
untuk mengidentifikasi, memilih serta memprioritaskan berbagai rencana
perbaikan operasional maupun organisasional di dalam organisasi TI.
Bagi organisasi TI yang saat ini telah
mengimplementasikan ITIL, Service Strategy digunakan sebagai panduan untuk
melakukan review strategis bagi semua proses dan perangkat (roles,
responsibilities, teknologi pendukung, dll) ITSM di organisasinya, serta untuk
meningkatkan kapabilitas dari semua proses serta perangkat ITSM tersebut.
2. Service Design.
Agar layanan TI dapat memberikan manfaat
kepada pihak bisnis, layanan-layanan TI tersebut harus terlebih dahulu di
desain dengan acuan tujuan bisnis dari pelanggan. Service Design memberikan
panduan kepada organisasi TI untuk dapat secara sistematis dan best practice
mendesain dan membangun layanan TI maupun implementasi ITSM itu sendiri. Service Design berisi prinsip-prinsip dan
metode-metode desain untuk mengkonversi tujuan-tujuan strategis organisasi TI
dan bisnis menjadi portofolio/koleksi layanan TI serta aset-aset layanan,
seperti server, storage dan sebagainya.
Ruang lingkup Service Design tidak melulu
hanya untuk mendesain layanan TI baru, namun juga proses-proses perubahan
maupun peningkatan kualitas layanan, kontinyuitas layanan maupun kinerja dari
layanan.
Proses-proses yang dicakup
dalam Service Design yaitu:
1. Service
Catalog Management
2. Service
Level Management
3. Supplier
Management
4. Capacity
Management
5. Availability
Management
6. IT
Service Continuity Management
7. Information
Security Management
3. Service Transition
Service Transition menyediakan panduan kepada organisasi TI untuk dapat mengembangkan serta kemampuan untuk mengubah hasil desain layanan TI baik yang baru maupun layanan TI yang dirubah spesifikasinya ke dalam lingkungan operasional. Tahapan lifecycle ini memberikan gambaran bagaimana sebuah kebutuhan yang didefinisikan dalam Service Strategy kemudian dibentuk dalam Service Design untuk selanjutnya secara efektif direalisasikan dalam Service Operation.
Service Transition menyediakan panduan kepada organisasi TI untuk dapat mengembangkan serta kemampuan untuk mengubah hasil desain layanan TI baik yang baru maupun layanan TI yang dirubah spesifikasinya ke dalam lingkungan operasional. Tahapan lifecycle ini memberikan gambaran bagaimana sebuah kebutuhan yang didefinisikan dalam Service Strategy kemudian dibentuk dalam Service Design untuk selanjutnya secara efektif direalisasikan dalam Service Operation.
Proses-proses
yang dicakup dalam Service Transition yaitu:
1. Transition Planning and Support
2. Change Management
3. Service Asset & Configuration Management
4. Release & Deployment Management
5. Service Validation
6. Evaluation
7. Knowledge Management
1. Transition Planning and Support
2. Change Management
3. Service Asset & Configuration Management
4. Release & Deployment Management
5. Service Validation
6. Evaluation
7. Knowledge Management
4. Service
Operation
Service Operation merupakan tahapan
lifecycle yang mencakup semua kegiatan operasional harian pengelolaan
layanan-layanan TI. Di dalamnya terdapat berbagai panduan pada bagaimana
mengelola layanan TI secara efisien dan efektif serta menjamin tingkat kinerja
yang telah diperjanjikan dengan pelanggan sebelumnya. Panduan-panduan ini
mencakup bagaiman menjaga kestabilan
operasional layanan TI serta pengelolaan perubahan desain, skala, ruang lingkup
serta target kinerja layanan TI.
Proses-proses yang dicakup dalam Service Opertion yaitu:
1. Event
Management
2. Incident
Management
3. Problem
Management
4. Request
Fulfillment
5. Access
Management
5. Continual Service Improvement
Continual Service Improvement (CSI)
memberikan panduan penting dalam menyusun sertamemelihara kualitas layanan dari
proses desain, transisi dan pengoperasiannya. CSI mengkombinasikan berbagai
prinsip dan metode dari manajemen kualitas, salah satunya adalah
Plan-Do-Check-Act (PDCA) atau yang dikenal sebagi Deming Quality Cycle
Referensi :
https://artxmarket.wordpress.com/2010/03/24/information-technology-infrastructure-library-itil/
https://itgid.org/memahami-siklus-information-technology-infrastructure-library-i-t-i-l-bagian-3-end/
Information Technology Infrastructure Library (I.T.I.L)
PENDAHULUAN
Seiring berkembangnya zaman, berkembang pula era teknologi informasi komunikasi yang melahirkan berbagai teknologi maupun aplikasi baru. Laju perkembangan Smartphone yang pesat membuat para developer aplikasi berbondong-bondong memperkenalkan aplikasi buatan miliknya masing-masing yang tentunya dikenalkan untuk menjadi pendamping dari Smartphone, khususnya aplikasi social media yang tak boleh luput dari pengguna Smartphone.
Social Media adalah saluran atau sarana pergaulan sosial secara online di dunia maya (internet). Para pengguna (user) media sosial berkomunikasi, berinteraksi, saling kirim pesan, dan saling berbagi (sharing), dan membangun jaringan (networking).
Di era Globalisasi pada saat ini, Social Media sangat amat diminati masyarakat luas yang seolah sudah menjadi bagian dari hidup kita. Sehingga tak heran jika pengguna platform atau aplikasi media sosial di setiap tahunnya meningkat kurang lebih 19% pengguna aktif aplikasi mobile. Kenapa setiap tahunnya bertambah? Karena para pengguna media sosial bisa bebas mengikutinya dengan berbagi tautan, menciptakan blog, bersosialisasi, membuat forum hingga menjelajah dunia virtual. Akan tetapi kita juga tidak boleh sampai salah menggunakannya karena di Indonesia ada yang namanya Undang Undang nomor 11 tahun 2008 atau UU ITE (Undang Undang Informasi dan Transaksi Elektronik) adalah UU yang mengatur tentang informasi serta transaksi elektronik, atau teknologi informasi secara umum.
Pada kali ini tentunya saya akan membahas tentang Social Media, khususnya adalah INSTAGRAM. Akan tetapi yang akan dibahas lebih dalamnya lagi yaitu terkait pada dapur pacu alias software pendukung terciptanya instagram tersebut. Pertama-tama Instagram adalah aplikasi video dan fotografi editing dan sharing juga sekaligus jejaring sosial yang tentunya GRATIS. Sejak dirilis pada tahun 2010 Instagram terus memperbanyak fitur nya sehingga semakin memiliki banyak sekali penggemar. Mulanya Instagram hanya merupakan aplikasi yang memang dikhususkan untuk pengguna iOS maupun iPhone saja, Namun kemudian Instagram merembet ke beberapa platform Smartphone seperti Android dan juga Windows Phone serta dapat diakses melalui web, akan tetapi kita hanya bisa melihat dan menonton foto atau video saja jikalau mengaksesnya dari web.
ANALISIS
Dibalik gemerlapnya fitur dan kehebatan lainnya, terdapat engineer engineer handal yang menjadi kan instagram berjaya saat ini, para engineer tersebut melahirkan Instagram dengan menggunakan engine ataupun software beriikut :OS / Hosting (Sistem Operasi)
Instagram menggunakan sistem operasi bersifat open source yaitu Linux Ubuntu 11.04 yang bercodename Natty Narwhal. Sistem operasi ini dipilih karena terkenal solid dan juga handal. para Engineer memilih NGINX untuk menangani server proxy serta untuk kestabilan aplikasi Instagram atau dikenal dengan Load Balancing. Nginx terkenal sangat cepat. Nginx dikenal oleh banyak orang karena cepat melibihi Apache. Setidaknya Instagram menggunakan 3NGINX,
Application Servers (Server Aplikasi)
Application Servers (Server Aplikasi)
Karena dapat diakses via mobile maupun web, Instagram menggunakan DJANGO FRAMEWORK sebagai aplikasi server. Django berbasiskan oleh bahasa pemrograman PYTHON bahasa tingat tinggi (high-level language). Django lebih mudah digunakan, leboh baik, lebih cepat, serta minim code code yang harus dituliskan.
Instagram juga menggunakan GUNICORN (Green Unicorn) sebagai WSGI Server karena gunicorn hanya untuk server yang berbasis kan UNIX dan dituliskan dengan bahasa PYTHOM. Gunicorn dipilih karena tingkat efektivitas nya yang tinggi. WSGI Server merupakan penghubung antara web server dengan aplikasi web (Web Server Gateway Interface).
Data Storage (Penyimpanan Data)
Data Storage (Penyimpanan Data)
Hingga kini user (pengguna) Instagram lebih dari 400 juta pengguna, yang tiap harinya hampir kurang lebih 50 juta foto atau video yang diupload, hal ini tentu berdampak pada super besarnya data Instagram hingga pihak instagram mereplikasi data mereka kedalam 12 zona berbeda. Intagram menggunakan database storage bernama PolterSQL yang dituliskan dalam bahasa pemrograman tingkat tinggi C++